Pages

Selasa, 20 Maret 2012

Butuh Apa Ingin ?


“Jumlah orang Indonesia yang berpenghasilan menengah tumbuh pesat dalam tempo kurang dari sepuluh tahun. Jika ukuran Bank Dunia yang dipakai, yakni bahwa kelompok ini adalah mereka yang pengeluaran per kapita per harinya US$ 2-20, terdapat sekurang-kurangnya 130 jita orang. “
(sumber Tempo edisi 20-26 Februari 2012)

Semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang maka pola konsumsi nya semakin meningkat pula. Pemenuhan hidup akan barang dan jasa, hiburan dan wisata semakin luar biasa.
Sangat tidak terbayangkan beberapa tahun terakhir ini banyak konser artis mancanegara berlomba datang ke negara kita ini, dan sangat diserbu penonton,meski tiketnya belasan juta sekalipun.
Ribuan masyarakat rela antri panjang berjam- jam demi mendapatkan sebuah gadget terbaru dengan harga yang relatif miring.
Restoran mahal  yang selalu ramai dikunjungi kelompok – kelompok golongan atas.
Nah.. itu adalah beberapa fenomena yang mengejutkan namun itulah realita hidup saat ini. Mungkin dengan melakukan hal itu dapat menyenangkan diri mereka, yah cukup mereka yang tahu.
Namun bagaimana kita melihat sedkit saja ke bawah?
Sangat timpang sekali, ketika kita melihat keadaan kemiskinan dimana – mana, mungkin dengan biaya satu tiket konser, sudah mampu untuk menghidupi mereka dalam kurun waktu yang panjang.
Saya jadi teringat sebuah kalimat “ yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin” sebuah kalimat sederhana namun bermakna banyak.
Lagi – lagi inilah realita, menyakitkan bagi yang kekurangan namun menyenangkan bagi yang berkelebihan. Menutup mata? Mungkin saja
            Setiap hiburan pasti dapat mempengaruhi psikology seseorang.  Namun apakah secara psikology mereka sungguh sangat bahagia? Belum tentu. Hal tersebut belum tentu membahagiakan mereka, mungkin saja kegiatan yang mereka lakukan hanyalah sebuah batasan kelas, yang membuat mereka dapat terhitung dalam kasta kelompok kehidupan mereka, dan jarang bagi mereka untuk selalu mengucap syukur daan selalu merasa berkekurangan lagi dan lagi, serta sulitnya membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

0 komentar:

Posting Komentar